Jumat, 23 Desember 2011

Konsumtivisme Calon Intelektual




Konsumtivisme memiliki dua akar kata yaitu “konsumtif” dan “isme”. Konsumtif adalah kata sifat yang memiliki kata dasar “consumptus” (Latin), “consume” (Ingg.), konsumsi (Ind.). Dengan demikian kata konsumtif berarti sifat mengkonsumsi, memakai, menggunakan, menghabiskan sesuatu. Sangat menarik, dalam bahasa inggris kata “konsumtif” digunakan untuk menyatakan penggunaan sesuatu hal dengan berlebih-lebihan, memboroskan, obsesif, dan rakus. Bahkan kata ini juga digunakan bagi orang yang terkena TBC di paru-paru. “Konsumtif” bisa digunakan untuk penggunaan kepada uang, waktu, atau energi dengan berlebihan dan destruktif. Jika demikian maka konsumtivisme adalah sebuah pandangan hidup, gaya hidup, ajaran, sikap atau falsafah hidup yang memakai, mengkonsumsi, menggunakan, menghabiskan sesuatu dengan berlebih-lebihan, memboroskan sesuatu.
Namun, perlu digaris bawahi pada dasarnya manusia adalah makluk “konsumtif”. Semenjak kecil sampai dewasa, manusia tidak lepas dari mengkomsumsi baik itu berupa makan, minuman, pakaian dan lain sebagainya. Dengan kata lain konsumsi merupakan bagian dari hidup manusia.

Konsumtif akan menjadi sifat negatif manakala konsumtif tidak lagi beranjak dari kebutuhan yang dibutuhkan lagi akan tetapi konsumtif telah menjadi “isme” yakni telah menjadi pandangan hidup, gaya hidup, ajaran, sikap atau falsafah hidup yang memakai, mengkonsumsi, menggunakan, menghabiskan sesuatu dengan berlebih-lebihan, memboroskan sesuatu sehingga ia tidak akan puas dengan apa yang dibutuhkan saja akan tetapi rasa tidak puas menuntut lebih dari sekedar yang dibutuhkan.
Amat disayangkan konsumtivisme menjalar pada calon intelektual (mahasiswa) bangsa ini, banyak diantara mahasiswa bangsa ini yang telah terjangkit konsumtivisme. Fakta menunjukan tren dan style yang berkembang sangat cepat telah meredupkan icon mahasiswa sebagai agen perubahan menjadi agen konsumtif yang terus mengikuti arus tren dan style. Sifat konsumtif mahasiswa Berkaitan dengan konsumsi barang/jasa, makanan-minuman, pakaian & perlengkapan (kosmetika, sepatu, handphone, dll), transportasi. Rasanya tidak afdhal jadi mahasiswa berpakaian sewajarnya, handphone tidak bermerek, kendaraan tidak berkelas.
Sifat negatif konsumtivisme telah mengakibatkan banyak kerugian bagi mahasiswa bersangkutan maupun bagi orang lain disekitarnya. Bagi mahasiswa sendiri sifat konsumtif telah membuat mereka merasa ketagihan dan rasa tidak puas yang tidak berujung. Ketagihan untuk terus mengikuti tren dan style sehingga melahirkan ketidakpuasan dan tentu berujung pada pemborosan materi, tenaga maupun waktu. Sifat pemborosan ini akan berdampak pada orang disekitarnya terutama orang tua mahasiswa yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang tidak kunjung berhenti.
Maka dari pada itu, konsumtivisme yang menjangkiti calon intelektual perlu dibuang jauh-jauh. Jangan sampai sifat ini semakin jauh lagi sehingga menjadi kronis dan sulit untuk diatasi. Untuk mengatasi sifat konsumtif ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama materi yang berlebih, hal ini sangat penting karena terjadinya konsumtivisme karena adanya materi yang berlebih apa lagi kebanyakan mahasiwa tidak lagi hidup bersama dengan orang tua dalam studinya sehingga menuntut untuk arif dan bijaksana dalam memenejemen kebutuhan hidup. Kedua, rasa ingin. Terkadang kita tidak dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan, dimana terkadang keinginan menjadi kebutuhan. maka dari itu kembali sebagaimana poin pertama hal ini menuntut untuk kearifan dalam mengolah kebutuhan hidup sehingga rasa ingin yang berlebihan dari kebutuhan yang seharusnya dapat dibuang jauh-jauh.



0 komentar:

Posting Komentar