Sabtu, 18 Mei 2013

Filsafat Pendidikan Islam

Judul Buku : Filsafat Pendidikan Islam
Penulis : Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA
Tebal : 338 Halaman
Cetakan : Cet. III November 2008

Pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa, jika pendidikan tidak berjalan dengan semestinya maka pembangunan tidak akan terlaksana, atau bahkan dapat mengakibatkan krisis multidimensi yang berkepanjangan. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan media pembangunan yang memiliki posisi strategis dalam mengintegrasikan dan mengatur sub-sub sitem dalam masyarakat. Pendidikan juga merupakan sarana transformasi ilmu pengetahuan, yang meliputi sosialisasi ilmu pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan, sosialisasi norma dan nilai dalam masyarakat, baik budaya, agama, maupun idiologi.
Indonesia merupakan negara dunia ketiga yang sedang melakukan pembangunan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945, namun dalam perjalanannya timbul berbagai penyimpangan dan masalah-masalah didalam proses perealisasiannya. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih sangat rendah, hal ini dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kapita yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia semakin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Masalah pendidikan di indonesia bukan saja karena kualitas intelektualitas yang masih rendah, tetapi juga diperparah dengan degradasi moral generasi muda yang masih belum bisa menyaring perkembangan globalisasi. Tawuran antar pelajar, free sex, narkoba, dan tindakan asusila maupun pelanggaran hukum banyak mewarnai pendidikan Indonesia, bahkan hal ini dapat kita saksikan baik secara langsung maupun dimedia massa. Banyak masyarakat mempertanyakan kinerja pendidikan dengan pandangan sekeptis, namun kita juga tidak bisa menyalahkan lembaga pendidikan karena sebagai masyarakat kita juga memiliki andil yang besar dalam proses pendidikan.
Berbicara mengenai masalah-masalah pendidikan tentunya tiada habisnya, namun kita sebagai generasi muda harus memiliki sikap kritis dalam membaca realitas yang sedang terjadi dalam masyarakat, dan mungupayakan pencarian solusi terhadap permasalahan tersebut. Upaya perbaikan tersebut sangat diperlukan dalam rangka membangun intelektual yang mandiri dalam pembangunan dan bersaing dalam masyarakat global. Bukan saja dalam membangun kecerdasan intelektual tetapi juga membangun kecerdasan emosional dan spiritual generasi muda.
Diakui atau tidak, kualitas kepribadian anak didik kita belakangan ini kian memprihatinkan. Maraknya tawuran antar remaja di berbagai kota ditambah dengan sejumlah perilaku mereka yang cenderung anarkis, meningkatnya penyalahgunaan narkoba, dan suburnya pergaulan bebas di kalangan mereka adalah bukti bahwa pendidikan kita telah gagal membentukakhlak anak didik. Pendidikan kita selama ini memang telah melahirkan alumnus yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan formal yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan yang ada tidak berhasil menanamkan nilai-nilai kebajikan. Kita lihat berapa banyak lulusan pendidikan memiliki kepribadian yang justru merusak diri mereka.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.

Tampaknya dunia pendidikan di Indonesia masih dipenuhi kemunafikan karena yang dikejar hanya gelar dan angka. Bukan hal mendasar yang membawa peserta didik pada kesadaran penuh untuk mencari ilmu pengetahuan dalam menjalani realitas kehidupan. Pendidikan semacam itu tidak terjadi di negeri ini sebab orientasinya semata-mata sebagai sarana mencari kerja. Kenyataannya yang dianggap sukses dalam pendidikan adalah mereka yang dengan sertifikat kelulusannya berhasil menduduki posisi pekerjaan yang menjanjikan gaji tinggi. sementara nilai-nilai akhlak dan budi pekerti menjadi `barang langka’ bagi dunia pendidikan.
Melalui buku Filsafat Pendidikan Islami ini, Ahmad Tafsir menggugat pendidikan kita yang masih menghasilkan lulusan berakhlak buruk seperti suka menang sendiri, pecandu narkoba dan hobi tawuran, senang curang dan tidak punya kepekaan sosial, atau gila harta dan serakah. Menurut penulis yang sehari-hari mengajar filsafat di Universitas Islam negeri Bandung ini, kegagalan pendidikan bukan hanya diukur dari standar pemenuhan lapangan kerja. Masalah yang lebih besar adalah pendidikan kita belum bisa menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia. Ahmad Tafsir menegaskan, bangsa-bangsa yang dimusnahkan Tuhan bukan karena tidak menguasai iptek atau kurang pandai, namun karena buruknya akhlak. Karena itu, mengutip kata-kata bijak para filosof, pendidikan sejatinya ditujukan untuk membantu memanusiakan manusia.
Pendidikan tersebut harus mencakup unsur jasmani, rohani dan kalbu. Implementasi ketiga unsur itu dalam format pendidikan niscaya menghasilkan lulusan dengan nilai kemanusiaan yang tinggi. Hanya saja, kita melihat pendidikan di Indonesia sangat jauh dari yang diharapkan bahkan jauh tertinggal dengan Negara-negara berkembang lainnya. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari rendahnya kualitas SDM yang dihasilkan. Pendek kata, pendidikan kita belum mampu mengantarkan anak didik pada kesadaran akan dirinya sebagai manusia. Padahal, manusia adalah pelaku utama dalam proses pendidikan. Untuk itu penulis membuka kajiannya dengan penjelasan mengenai hakekat manusia. Penjelasan soal ini dibagi dalam tiga bagian yakni penjelasan tentang manusia menurut manusia. Pada bagian ini banyak dikutip pendapat para filosof yang memaparkan unsur-unsur manusia. Bagian kedua memuat penjelasan Allah tentang manusia. Di sini diungkap beberapa ayat Alquran yang merinci faktor-faktor penentu bagi kehidupan manusia. Misalnya. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan banyak kelebihan. Manusia juga dilengkapi banyak kelemahan yang tidak dimiliki makhluk lain. Bahasan seputar manusia ditutup dengan bagian terakhir, yaitu inti manusia.
Penjelasan soal inti manusia didasarkan pada hadis qudsi yang menerangkan bahwa ada tujuh kulit yang melingkupi inti manusia. Pembahasan tentang inti manusia ini tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Sebab pendidikan yang sejati adalah untuk manusia. Selain mengurai hakikat manusia, penulis juga menjelaskan soal hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, dan pengembangan pendidikan sebagai usaha membangun manusia seutuhnya.
Buku ini merupakan sebuah sumbangsih yang sangat besar bagi kaum pelajar khususnya setingkat mahasiswa dan mahasiswa pasca sarjana yang mungkin masih awam dalam memahami tentang filsafat pendidikan islam. Permasalahan mengenai filsafat yang dikaji di setiap kampus pendidikan ternyata hampir sama, yaitu sulitnya membedakan antara filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
Dengan semua daya dan upaya penulis optimalkan dalam menyusun buku ini, penulis adalah seorang yang ahli di dalamnya yaitu seorang pengajar tentang Filsafat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan di beberapa perguruan tinggi, yang mahasiswanya adalah mahasiswa program S1 dan S2.
Penulis dalam menyusun buku ini diawali dengan mejelaskan terlebih dahulu mengenai perbedaan filsafat dengan ilmu. Dari penjelasan yang ada di BAB I ini mencerminkan pemahaman penulis yang dalam tentang filsafat. Namun, dari BAB ini juga pembahasannya tidak hanya menceritakan perbedaan filsafat dan ilmu. Akan tetapi, menjelaskan pula latar belakang penulisan judul buku yang sedang kita kaji sekarang judulnya.
Buku ini juga tidak ditulis secara sistematik menurut struktur Filsafat Pendidikan. Tetapi, penulis hanya membicarakan beberapa topik atau tema saja yang dianggapnya penting. Bahkan sebagian besar bahan-bahan materinya diangkat dari makalah-makalah yang pernah penulis dibahas di forum-forum diskusi atau formal lainnya.
Prof. Tafsir menggugat pendidikan kita yang masih menghasilkan lulusan yang suka menang sendiri dan memaksakan kehendak, suka narkoba dan tawuran, suka curang dan tidak punya kepekaan sosial, bahkan suka serakah dan korupsi. Padahal itu semua, termasuk koruptor adalah orang yang gagal menjadi manusia sekalipun dia seorang pejabat atau pengusaha sukses.
Jadi kegagalan pendidikan bukan hanya tidak memenuhi standar lapangan kerja. Masalah yang lebih besar adalah pendidikan kita belum bisa menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia. Kata Tafsir, bangsa-bangsa yang dimusnahkan Tuhan itu bukan karena tidak menguasai iptek atau kurang pandai, tapi karena buruknya akhlak. Bukankah orang yang tidak berakhlak itu derajatnya lebih rendah dari binatang.
Karena itu, kata para filosof, pendidikan dimakudkan untuk membantu memanusiakan manusia. Pendidikan tersebut harus mencakup unsur jasmani, rohani dan kalbu, perpaduan ketiga unsur itu dalam desain pendidikan akan menghasilkan lulusan dengan nilai kemanusiaan yang tinggi Insya Allah.

Minggu, 25 November 2012

bunda


Bunda..
Seperti pagi tiap waktu
Aq pun bangun dari pembaringanku
Dalam malas dan bosan menghadapi  pagi
Serasa pagi ini menusuk jantungku tiap kali datang

Bunda..
Aq bosan tiap hari mendengar  marahan mu
Aq bosan melihat diri tiap hari hrus membantu mu
Aq bosan tiap hari dengan larangan dan perintah yang kau beri padaku
Serasa gunung semeru di atas pundakku

Bunda..
Ku tiap hari berkeluh kesah padamu
Tentang hidup yang kadang tak berteman dengan ku
Semua luap salah dan benci ku timpakan padamu

Tapi..
aq kini terbangun dari keegoisan diriku
Dengan penuh kasih sayang kau besarkan aku
Dengan penuh sabar kau temani hiduku

Bunda..
Lama sembilan bulan kau kandung aku
Penuh derita dan pengorbanan
Penuh sukar dan keletihan
Hanya untuk menjagaku agar ku melihat di dunia
Agar aku melebarkan senyumku tiap hari
Bunda..
Sunggu tega aku ini
Membiarkanmu dalam duka selalu
Kau balas kebodohanku dengan senyum indahmu
Kau balas sakit hatiku dengan cinta yang tulus
Kau balas rasa benciku dengan tegarnya hatimu

Bunda..
Maafkan anakmu ini
Maafkan sikapku yang suka membentakmu

Bunda..
Ku kadokan buatmu rasa cinta padamu
Ku siap menebus semua salah dan amarahku padamu
Dengan kasih dan cinta yang kan ku tunjukkan padamu

Bunda..
Akan ku ukir senyum mu dalam lembar hidupku
Agar aku tak tersesat nanti
Ku mencoba selalu agar mampu memberi yang terbaik padamu

Bunda ku cinta
Maafkan semua salahku

Doakan anakmu ini yang penuh salah padamu
Tuk menjadi orang yang berguna buatmu

Tak lagi aku lukis tangis di wajahmu
Tak lagi ku buat marah dirimu
Tak lagi derita mu karena ku

Bunda,,
Kan ku tulis dalam hatiku ini
Bahwa aku kan membuatmu tersenyum selalu
Tiada tangis dan keluh kesah darimu karenaku


Malang, 18 Oktober 2012
       
           Ferry achmad

Belajar dari Kehidupan Elang




Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu

 keputusan yang sangat berat pa
da umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga
sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan.....suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi !

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan. Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu.

Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah. Tetunya perubahan itu bermuarakan perbaikan.

Sudahkah Anda siap untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik? Ceritakan pada kami bagaimana cara Anda untuk berubah.

Jumat, 23 November 2012

_____________Mari merenung sejenak___________



Ingatkan tak kala kalian masih kecil dahulu
Kalian tak punya apa-apa, hanya merengek tak berdaya
Beberapa minggu kemmudian kalia hanya mammpu membuka mata
Menatap dunia sekitar hidup kalian
Namun,,,,,,
Kalian tak berdaya dan lemah
Bulan berganti bulan, kau mulai belajar merangkak
Jatuh berulang kali, namun kau kembali mencoba
Senyum dan sbar mu tak bernah lepas dari wajahmu
Tak hanya itu........
Karena masih jauh tuk kau dapat melangkah
Kaupun terus berusaha dengan senyum dan sabar yang selalu menghiasi wajahmu
Kau ingi tunjukkan pada dunia bahwa kau layak tuk hidup dari bagian dunia kecil ini
Kaun ingin tunjukan bahwa kau mampu berdiri...
Berdiri untuk menatap dunia
Kau ingin tunjukkan bakwa kau mampu berjalan
Berjalan tuk mennuju yang kau ingin
Dan.....
Kau tunjukan bahwa kau mampu berlari
Berlari tuk manusia yang sempurna di sisi yang Maha Sempurna


arti kejujuran


ada pengalaman yang perlu dicermati saat PPl di salah satu sekolah di Baatu. Tatkala saya kampanye bersama calon ketua dan wakil ketua. Saya berujar pada siswa-siswa yang lain “jangan lupa pilih kenken dan Nida ya”, mereka pun menyakut dengan ucapan “traktir dulu pak ”, ada juga dengan terang-terang meminta fulus meski dengan nada agak bercanda tapi ini menunjukkan bahwa politik uang di peperangan memperebutkan kursi panas kekuasaan telah meresap ke dalam otak anak-anak. Sunggu memilukan, ketika guru mengajarkan arti kejujuran tapi lingkungan malah menunjukkan kebohongan yang dibenarkan.
sunggu aneh negeri ini..