Pendidikan
merupakan komponen penting bagi kemajuan Negara, hal ini selaras dengan
semboyan “Negara yang maju adalah Negara yang menghormati para guru”. Menilik
perjalan bangsa Indonesia, kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari para
cendikia atau kaum terpelajar seperti bung karno, bung hatta dan lain-lain.
Pendidikan dapat pula dikatakan
sebagai simbol bagi suatu bangsa, semakin baik pendidikan pada suatu bangsa maka
baik pula bangsa tersebut. Penyimbolan
ini merupakan hal yang wajar karena pendidikan merupakan komponen yang mendasar
bagi kehidpan umat manusia secara umum. Salah satu komponen dalam dunia
pendidikan yang cukup penting adalah pendidikan Agama. Dalam hal ini penulis
lebih spesifik terhadap pendidikan Agama Islam.
A
Tafsir mendefiniskan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukan ajaran Islam
(doing), dan melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being). Adapun
tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah untuk meningkatkan
pemahaman, keterampilan melakukan, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan
utama pendidikan agama Islam di sekolah ialah keberagamaan, yaitu menjadi
muslim yang sebenarnya. Sedangkan el-Basyi membagi tujuan pendidikan agama
Islam menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus, adapun tujuan umum
antara lain
a. Membantu pembentukan akhlak mulia
b. Persiapan untuk kehidupan akhirat
c. Persiapan mencari rezeki dan
pemeliharaan segi-segi manfaat
d. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajar dan
memuaskan untuk mengetahui dan mengkajinya
e. Menyiapkan pelajar dari segi
profesional, teknis dan menguasai profesi tertentu.
Adapun
tujuan pendididikan agama Islam secara khusus adalah:
a. Pembinaan warganegara yang mukmin kepada
negaranya.
b. Pembinaaan Muslim yang berpegang teguh
pada agamanya dan berakhlak mulia
c. Pembinaan warganegara yang kuat, sehat
dan padan
d. Pembinaan pribadi yang sehat jasmani dan rohani.
e. Pembinaan warganegara yang disenjatai
dengan ilmu pengetahuan.
f. Penciptaan warganegara yang terdidik
pada perasaan, keindahan dan seni
g. Pembentukan warganegara yang menghargai
kepentingaan keluarga, bertanggung jawab, rela berkorban untuk mencapai
kemakmuran bagi masyarakat dan dirinya.
Dari
pengertian yang diungkapkan A Tafsir terdapat tigas aspek penting dalam proses
pendidikan agama Islam, yakni knowing,
doing, dan being. tiga aspek ini sangat penting dan saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Pendidikan agama Islam tidak hanya pengetahuan (knowing)
semata namun pengetahuan tersebut harus diaplikasikan (doing) dan tentu saja
harus dijalankan dalam kehidupannya sehari-hari (being). tidak kalah dicermatin
pula adalah bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam itu sendiri untuk menjadi Muslim
yang sebenarnya. Tujuan ini merupakan perwujudan dari pendidikan agama islam
dimana Muslim yang sebenarnya ialah Muslim yang memiliki intelektualitas yang
mumpuni serta pengaplikasi dalam kehidupan bermasyarakatnya sehingga melahirkan
kashalehan, baik shaleh individual maupun shaleh sosial.
Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan agama Islam yang berlangsung
disekolah-sekolah sebagian besar mengalami kegagalan dalam mencapai tujuannya. Mochtar Buchori menilai Kegagalan ini disebabkan karena
praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari
pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif,
yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya
terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara genosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama. Atau dalam praktik pendidikan
agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi
bermoral, padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.
Atho’ Mudzhar (Tempo, 24 November 2004) mengemukakan
hasil studi Litbang Agama
dan Diklat Keagamaan tahun 2000, bahwa merosotnya moral dan akhlak peserta
didik disebabkan antara lain akibat kurikulum pendidikan agama yang terlampau padat materi,
dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek pemikiran ketimbang membangun
kesadaran keberagaman yang utuh. Selain itu, metodologi pendidikan agama kurang
mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan, serta terbatasnya
bahan-bahan bacaan keagamaan.
Permasalah diatas merupakan masalah serius yang dihadapi
pendidikan agama Islam pada saat ini, sehingga perlu untuk ditangani sedini
mungkin baik oleh pemerintah, para akademisi, sekolah maupun guru pengajar pendidikan agama Islam.
Menurut
A Tafsir Karakteristik utama PAI adalah banyaknya muatan komponen being,
disamping sedikit komponen knowing dan doing. Hal ini menuntut perlakuan pendidikan
yang banyak berbeda dari pendidikan bidang studi umum. Pembelajaran untuk
mencapai being yang tinggi lebih mengarahkan pada usaha pendidikan agar murid
melaksanakan apa yang diketahuinya itu dalam kehidupan sehari-hari. Bagian
paling penting dalam PAI ialah mendidik murid agar beragama; memahami agama (knowing)
dan terampil melaksanakan ajaran agama (doing) hanya mengambil porsi sedikit
saja. Dua yang terakhir ini memang mudah. Berdasarkan pengertian itulah
pendidikan agama Islam memerlukan pendekatan pendekatan naql, akal dan qalbu.
Selain itu juga diperlukan sarana yang memadai sehingga mendukung terwujudnya
situasi pembelajaran yang sesuai dengan karakter pendidikan agama Islam. Sarana
ibadah, seperti masjid/mushallah, mushaf al-Quran, tempat bersuci/tempat wudlu
merupakan salah satu contoh sarana pendidikan agama Islam yang dapat
dipergunakan secara langsung oleh siswa untuk belajar agama Islam.
Selain
itu penciptaan suasana religius dalam lingkungan sekolah shingga pelajar
pendididkan agama Islam tidak hanya terbatas pada 2 sks atau dua jam mata pelajaran
pendididikan agama Islam. Komunikasi dengan mata pelajaran lain pun perlu
ditingkatkan yakni pelajaran non-agama pada dasarnya memiliki hubungan yang
erat dengan pelajaran agama Islam karena pada dasarnyan seluruh ilmu adalah
berasal dari Allah SWT. Dan yang terpenting
adalah adanya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hal ini sangat
diperlukan mengingat pendidikan agama Islam tidak hanya diaplikasikan di
sekolah namun di lingkungan masyarakat dan keluarga. Dari semua itu diharapkan
pendidikan agama Islam dapat mencapai tujuannya yakni mencetak Muslim yang
sebernanya.
Oleh
achmad ferry wahyudi
0 komentar:
Posting Komentar