Jumat, 23 Desember 2011

Pengembangan Masyarakat Di Lingkungan PTM: Konsep, Misi dan Oprasional


Bila kita telaah arsip-arsip Muhammadiyah sulit atau malahan tidak ada konsep-konsep pemikiran yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan. Yang ditampilkan KH. Ahmad Dahlan adalah tindakan-tindakan riil. Baru pada masa KH. Mas Mansyur konsep-konsep Muhammadiyah banyak dirumuskan. Dari sini nampak dakwah KH. Ahmad Dahlan adalah dakwah bil hal.
Dalam dunia perguruan Tinggi konsep elitis menara gading dan center of excelence tidak tepat dipakai terhadap alumni PTM. Janga pula ditanamkan watak-watak minoritas (yang terdidik) menguasai kelompok mayoritas (kurang terdidik). Dalam  PTM seharusnya menciptakan pemimpin-pemimpin yang melibatkan langsung dalam satuan sosial. Kepemiminan yang Islami seharusnya disusun berlapis-lapis, karena Islam mengajarkan kullukum ra’in. Dimana setia individu adalah pemimpin. Hal ini bermakna bahwa terdapat banyak satuan-satuan sosial sejenjang dalam ragam dan bidang kehidupan sosial.
Dengan dasar pandangan tersebut, penulis hendak mendudukan kampus sebagai  salah satu pusat-pusat pengembangan dengan kelebihan dan kekurangan tertentu. Keunggulan kampus dari pusat yang lain adalah pada kemampuan mengolah konsep-konsep rasional dan rancangan-rancangan operasional yang feasible. Keunggulan lain adalah tersedianya sumber daya manusia dengan kualitas relatif lebih tinggi, dengan kemampuan kualitas yang pilih tanding.

Pada konsep pengembangan Masyarakat penulis menawarkan grandconcept pengembangan simpati lewat difusi dan diseminasi, konsep dasarnya: bahwa pengembangan masyarakat berawal  dari tumbuhnya simpati satu sama lain yang menumbuhkan upaya saling membantu untuk beramar ma’ruf nahi munkar.

Misi pengembangan Muhammadiyah jelas: amal usaha dalam pendidikan, sosial dan kesehatan serta mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Visinya: pembaharuan pemikiran Islam dan modernisasi. Perguruan tinggi tentunya memiliki misi yang sama dengan yang atas. Modernisasi amal usaha pendidikan, sosial dan kesehatan hendaknya menjadi fokus kerja PTM bagi pengembangan masyarakat di lingukungan PTM.
Konseptual teoritik para ahli menyadari bahwa pengembangan masyarakat yang berangkat dari kekuatan intern yang biasa disebut dengan “immanent change” lebih berkelanjutan dari pada yang datang dari luar. Dilihat dari segi PTM, karena mayoritas masyarakat di lingkungan PTM kemungkinan terbesar adalah Islam, maka setidak-tidaknya ada common interest antara satuan sosial dengan PTM yang di dekatnya.
Pengembangan Masyarakat oleh PTM
Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi menyatakan bahwa perguruan Tinggi itu disamping melasanakan  pendidikan, penelitan dan pegajaran; ia juga harus menjalankan misi pengabdian pada masyarakat. Pada darma ketiga itulah perguruan tinggi memperoleh pijakan. Jika ia ingin bergerak dalam kanca kemasyarakatan.

Sumber utama untuk merekrontruksi  sebuah proses dasar pengembangan masyarakat oleh PTM adalah al-Quran dan Hadis. Serta paling tidak ada lima konsep dasar yang yang bisa dijadikan landasan konsep pengembangan masyarakat yaitu meliputi; dasar ketahauhidan, amar ma’ruf nahi mungkar, amal shaleh, orientasi masa depan, serta kemandirian.

Tauhid menggambarkan adanya proses dinamis berupa penyatuan, penyerapan, dan pemusatan. Dengan demikian tauhid berarti penyatuan Dzat pencipta (Unity of Godheit), peniadaan kepercayaan banyak “tuhan-tuhan kecil”, karena semua telah diserap dan dipusatkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Besar.
Jadi penyatuan Dzat berimplikasi pada penyatuan ciptaan (Unity of Creation). Karena kemerosotan harkat dan martabat manusia telah menyebabkan  kesatuan manusia terkeping-keping. Oleh karena itu untuk mengangkat harka dan martabat manusia perlu amar ma’ruf nahi mungkar dan cara mengangkat harkat dan martabat manusia perlu keberpihakan kepada mereka. Keberpihakan ini disebut dengan amal shaleh. Selanjutnya, pengembangan masyarakat harus berdasarkan pada upaya penciptaan keadaan yang akan datang harus lebih baik dari pada yang sekarang.
Kuntowijoyo mengemukakan tiga model pegembangan masyarakat, yaitu pengembangan model lokalitas, aksi sosial serta perencanaan sosial.
Pertama, Pengembangan masyarakat yang bersifat lokalitas yaitu bentuk pengembangan masyarakat atau komunitas dalam wilayah tertentu dalam berbagai aspek terutama aspek yang determinan. Kedua aksi sosial yaitu pengembangan masyarakat yang dimaksud untuk sasaran jangka pendek biasanya berkaitan erat dengan kebutuhan dasar yang sangat kritis. Ketiga, perencanaan sosial, yaitu pengembangan masyarakat yang memiliki tujuan yang spesifik, lebih menekankan pada faktor-faktor determinan yang sekiranya akan berpengaruh kuat pada faktor-faktor lain dalam rangka pengembangan keseluruhan.
Mengakhiri pembahasan ini perlu ditekankan bahwa baik dengan alasan logis atau legalitas. Perguruan tinggi Muhammadiyah memiliki posisi yang stategis untuk ambil bagian dalam kegiatan pengembangan masyarakat bersama amal usaha Muhammadiyah lainnya.

sumber: buku Muhammadiyah & pemberdayaan Masyarakat

0 komentar:

Posting Komentar