Bila kita telaah arsip-arsip Muhammadiyah sulit atau malahan tidak
ada konsep-konsep pemikiran yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan. Yang
ditampilkan KH. Ahmad Dahlan adalah tindakan-tindakan riil. Baru pada masa KH.
Mas Mansyur konsep-konsep Muhammadiyah banyak dirumuskan. Dari sini nampak
dakwah KH. Ahmad Dahlan adalah dakwah bil hal.
Dalam dunia perguruan Tinggi konsep elitis menara gading dan center
of excelence tidak tepat dipakai terhadap alumni PTM. Janga pula ditanamkan
watak-watak minoritas (yang terdidik) menguasai kelompok mayoritas (kurang
terdidik). Dalam PTM seharusnya
menciptakan pemimpin-pemimpin yang melibatkan langsung dalam satuan sosial.
Kepemiminan yang Islami seharusnya disusun berlapis-lapis, karena Islam
mengajarkan kullukum ra’in. Dimana setia individu adalah pemimpin. Hal
ini bermakna bahwa terdapat banyak satuan-satuan sosial sejenjang dalam ragam
dan bidang kehidupan sosial.
Dengan dasar pandangan tersebut, penulis hendak mendudukan kampus
sebagai salah satu pusat-pusat
pengembangan dengan kelebihan dan kekurangan tertentu. Keunggulan kampus dari
pusat yang lain adalah pada kemampuan mengolah konsep-konsep rasional dan
rancangan-rancangan operasional yang feasible. Keunggulan lain adalah
tersedianya sumber daya manusia dengan kualitas relatif lebih tinggi, dengan
kemampuan kualitas yang pilih tanding.
Pada konsep pengembangan Masyarakat penulis menawarkan grandconcept pengembangan simpati lewat difusi dan diseminasi, konsep dasarnya: bahwa pengembangan masyarakat berawal dari tumbuhnya simpati satu sama lain yang menumbuhkan upaya saling membantu untuk beramar ma’ruf nahi munkar.
Misi pengembangan Muhammadiyah jelas: amal usaha dalam pendidikan,
sosial dan kesehatan serta mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Visinya:
pembaharuan pemikiran Islam dan modernisasi. Perguruan tinggi tentunya memiliki
misi yang sama dengan yang atas. Modernisasi amal usaha pendidikan, sosial dan
kesehatan hendaknya menjadi fokus kerja PTM bagi pengembangan masyarakat di
lingukungan PTM.
Konseptual teoritik para ahli menyadari bahwa pengembangan
masyarakat yang berangkat dari kekuatan intern yang biasa disebut dengan “immanent
change” lebih berkelanjutan dari pada yang datang dari luar. Dilihat dari
segi PTM, karena mayoritas masyarakat di lingkungan PTM kemungkinan terbesar
adalah Islam, maka setidak-tidaknya ada common interest antara satuan
sosial dengan PTM yang di dekatnya.
Pengembangan Masyarakat oleh PTM
Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi menyatakan bahwa perguruan Tinggi
itu disamping melasanakan pendidikan,
penelitan dan pegajaran; ia juga harus menjalankan misi pengabdian pada
masyarakat. Pada darma ketiga itulah perguruan tinggi memperoleh pijakan. Jika
ia ingin bergerak dalam kanca kemasyarakatan.
Sumber
utama untuk merekrontruksi sebuah proses
dasar pengembangan masyarakat oleh PTM adalah al-Quran dan Hadis. Serta paling
tidak ada lima konsep dasar yang yang bisa dijadikan landasan konsep pengembangan
masyarakat yaitu meliputi; dasar ketahauhidan, amar ma’ruf nahi mungkar, amal
shaleh, orientasi masa depan, serta kemandirian.
Tauhid menggambarkan adanya proses dinamis berupa penyatuan,
penyerapan, dan pemusatan. Dengan demikian tauhid berarti penyatuan Dzat
pencipta (Unity of Godheit), peniadaan kepercayaan banyak “tuhan-tuhan kecil”,
karena semua telah diserap dan dipusatkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha
Besar.
Jadi penyatuan Dzat berimplikasi pada penyatuan ciptaan (Unity of
Creation). Karena kemerosotan harkat dan martabat manusia telah
menyebabkan kesatuan manusia
terkeping-keping. Oleh karena itu untuk mengangkat harka dan martabat manusia
perlu amar ma’ruf nahi mungkar dan cara mengangkat harkat dan martabat
manusia perlu keberpihakan kepada mereka. Keberpihakan ini disebut dengan amal
shaleh. Selanjutnya, pengembangan masyarakat harus berdasarkan pada upaya
penciptaan keadaan yang akan datang harus lebih baik dari pada yang sekarang.
Kuntowijoyo mengemukakan tiga model pegembangan
masyarakat, yaitu pengembangan model lokalitas, aksi sosial serta perencanaan
sosial.
Pertama, Pengembangan masyarakat yang bersifat lokalitas yaitu bentuk
pengembangan masyarakat atau komunitas dalam wilayah tertentu dalam berbagai
aspek terutama aspek yang determinan. Kedua aksi sosial yaitu pengembangan
masyarakat yang dimaksud untuk sasaran jangka pendek biasanya berkaitan erat
dengan kebutuhan dasar yang sangat kritis. Ketiga, perencanaan sosial, yaitu
pengembangan masyarakat yang memiliki tujuan yang spesifik, lebih menekankan
pada faktor-faktor determinan yang sekiranya akan berpengaruh kuat pada
faktor-faktor lain dalam rangka pengembangan keseluruhan.
Mengakhiri pembahasan ini perlu ditekankan bahwa baik dengan alasan
logis atau legalitas. Perguruan tinggi Muhammadiyah memiliki posisi yang
stategis untuk ambil bagian dalam kegiatan pengembangan masyarakat bersama amal
usaha Muhammadiyah lainnya.
sumber: buku “Muhammadiyah
& pemberdayaan Masyarakat”
0 komentar:
Posting Komentar