Minggu, 25 Desember 2011


ISLAM KONTEMPORER DAN TANTANGAN POSMODERNISME

A.    Pemikiran Islam Kontemporer
Gagasan untuk mengkaji islam sebagai nilai alternatif baik dalam perspektif interpretasi tekstual maupun kajian kontekstual mengenai kemampuan Islam memberikan solusi baru kepada temuan-temuan di semua dimensi kehidupan akhir-akhir ini semakin merebak luas. Penguasaan lebih mendalam mengenai wawasan pemikiran secara filosofis, terutama penjelajahan intelektual terhadap gagasan-gagasan berpikir Barat yang seakan tak terbendung lagi datangnya bagi kaum muslimin sudah dimulai sejak abad ke-21, pemikir-pemikir muslim sedang bergelut kuat untuk menemukan jati diri pemikirannya agar bisa memanfaatkan ide-ide yang merayap tak terhingga sebagai akibat modernisasi berpikir radikal yang diterapkan Barat.
Pembahasan di sub bagian ini, penulis akan mencurahkan temuan pemikiran kontemporer di beberapa dunia Islam yang sedang pesat berkembang mengadopsi pemikiran Barat secara filosofis-intelektual. Barangkali untuk memudahkan menuntut keterlibatan sejumlah tokoh yang berkompeten memikirkan Islam dan Ummatnya, ada baiknya dimulai dari Indonesia.

FAZLURRAHMAN
            Fazlurrahman dilahirkan tahun 1919 M (1318). Di sebelah barat Laut Pakistan, meninggal 26 Juli 1988, di Amerika Serikat. Ia mempunyai latar belakang keluarga yang taat beragama dalam madzhab hanafi. Ayahnya seorang ulama tradisional kenamaan alumnus Deoband. Setelah menamatkan pendidikan menengah, Ia melanjutkan ke Oxford University  Inggris, sampai memperoleh gelar P.hd. Secara akademis ia sangat menonjol, terutama kemampuannya memahami sumber-sumber Islam Klasik amat brilian, yang ditopang kemahirannya menguasai berbagai bahasa asing Eropa sehingga lebih memudahkan dalam mengkaji dan menganalisis kebutuhan atas hal-hal yang vital da dalam khazanah studi pemikiran Islam modern.
            Rahman termasuk seorang ilmuwan dan pemikiran Islam kenamaan, yang jasa-jasanya sungguh besar bagi dunia Islam kontemporer. Hampir dipastikan, mahasiswa-mahasiswa cerdas dunia Islam pernah mengenalnya, naik melalui tulisan-tulisan maupun langsung terlibat dalam studi dan kancah pemikirannya.
            Intelektualitas rahman baik di Barat maupun di Timur tidak diragukan lagi. Ini terbukti, di beberapa universitas Eropa ia terlibat sebagai dosen dan profesor studi keislaman. Misalnya di Universitas Durham Inggris, ia pernah menjadi profesor tamu. Tahun 1958, ia menjadi Associate Professor of Philosophy di Institute of Islamic Studies University Mc. Gill, Kanada. Sejak tahun 1970-1988, menjadi profesor pada Islamic Studies di Departement of Near Eastern Languages and Civilization University Chicago, Amerika.
            Perlu juga dikenalkan beberapa karya briliannya antara lain: Islam, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Islamic Methodology in History, The Philosophy of Mulla Sadra, Prophecy in Islamic, Major Themes of the Qur’an, dan Islam and Modernity.
            Sebagai seorang pemikir besar, ia tentu sangat mengharapkan dapat menyumbangakan jasa-jasanya terhadap Pakistan tanah tumpah darahnya. Selesai studi dan menimba pengalaman ilmiah di Barat, ia kembali ke Pakistan tahun 1960. Ketika itu, tugas baru yang dipikulnya adalah sebagai Direktur Lembaga Pusat Riset Islam, yang dibentuk oleh pemerintah Ayub Khan. Jabatan lainnya, menjadi anggota penasihat untuk Ideologi Islam Pakistan, tahun 1964. Dalam usaha mengenalkan ide-ide pemikirannya, Rahman membentuk Jurnal keislaman; Islamic studies dan Fikr-U-Nazr berbahasa Inggris dan Urdu. Kiprah ilmiahnya mulai ditebarkan di kalangan ummat Islam Pakistan.
            Pengangkatan dan aktivitas ilmiahnya itu ternyata banyak yang tidak disenangi kalangan konservatif dan ulama tradisional Pakistan. Apalagi banyak di antara pemikiran kontraversialnya, yang dianggap sementara kalangan konservatif membahayakan keutuhan wibawa mereka. Misalnya seperti diungkapkan Rahman, tentang Keluarga Berencana, yang menjadi program pemerintah dan didukungnya, sangat mendapat tantangan keras dari kelompok ulama tradisional. Karena pertentangan yang begitu keras, akhirnya Rahman merasakan kehadiran dan gagasan bukan menjadi tempat yang subur di Pakistan. Dan ia pun mengundurkan diri dari jabatan-jabatan yang dipegangnya, dan hijrah ke Amerika sampai akhir hayatnya.

b)         Modernisasi Metode pendidikan
        Pemikiran Rahman memang berbeda dari pemikiran produk sebelumnya, dalam masalah pendidikan, ia termasuk tokoh yang bergelut di bidang ini di pusat-pusat Studi tentang Islam di negara Barat.
            Setelah mengamati dengan cermat tentang proses transformasi budaya pendidikan yang berkembang di Barat, maka bagi ummat Islam pilar-pilar pendidikan ang perlu dikembangkan yang perlu dikembangkannya selain mengacu kepada nilai-nilai modernisasi ilmu-ilmu keislaman, juga diperlukan suatu terobosan menciptakan dinamika Islamisasi ilmu-ilmu kepada sesuatu yang baru mau diciptakan. Ini berarti kelemahan metode pendidikan Barat yang sudah diadopsi sedemikian rupa pada abad ke-18 dan 19 perlu penyegaran konseptual.
Dari sini, seluruh hasil-hasil tradisi dalam pendidikan berarti akan kembali kepada nilai-nilai Islam terutama al-Qur’an. Konteks yang mendasar, akar-akar moral al-Qur’an masih dianggap satu solusi efektif dalam memberi warna rekayasa pendidikan. Bobot pendidikan yang ada selama ini di semua negara Islam baik ortodoks, maupun modern sekular sudah tererosi pendidikan Barat. Kita tidak mungkin lagi menolaknya. Jalan yang bisa menyelamatkan itu “mewarnai bidang-bidang kajian tingkat tinggi dengan nilai-nilai islam”. Muatan moral al-Qur’an bisa memberikan orientasi atau arah baru terhadap hasil kajian keilmuan (sains). Misalnya konsekuensi-konsekuensi penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan terhadap umat manusia, atau penerapan suatu keilmuan perlu ditebak rekayasa-rekayasa akibat dari aktivitas itu.
Itulah catatan umum mengenai pemikiran neomodernisme Fazlurrahman.

sumber: Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam, Drs. Abdul Sani PT. Raja Grafindo Persada




0 komentar:

Posting Komentar